Hanya orang stres yang tidak mengharapkan hadirnya seorang anak setelah membentuk rumah tangga. Setiap keluarga pasti ingin mendapatkan pelengkap kebahagiaan rumah tangga mereka dengan hadirnya seorang buah hati di antara mereka.
Namun Panggang jauh dari api. Keinginan yang kuat kadang terbentur pada kenyataan yang kadang pahit terasa. Bulan demi bulan datang dan pergi, tahun demi tahun silih berganti, namun tanda-tanda hadirnya si jabang bayi belum juga muncul. Penantian yang menjemukan inilah yang kadang membuat sepasang suami istri mengalami stres dengan tingkat yang variatif tergantung individu yang mengalami.
Stres akan berlipat ganda manakala usaha untuk menghadirkan buah hati di tengah-tengah keluarga masih belum menampakkan buahnya. Konsultasi dan menjalankan terapi dari satu dokter kandungan ke dokter kandungan lain adalah pekerjaan sehari-hari. Pemeriksaan seperti tes sperma, tes kesuburan wanita, HSG (pemeriksaan saluran reproduksi wanita) dan berbagai macam obat sudah terlampau rutin dijalani. Tak jarang berbagai macam obat herbal telah juga masuk ke perut sebagai terapi alternatif. Bahkan mendatangi orang pintar dengan beraneka macam ritual dengan iklas di jalani demi menghadirkan buah hati di tengah kelaurga. Namun sekali lagi usaha-usaha itu masih belum menemui akhir yang membahagiakan.
Lalu apa yang salah? Apakah ada sesuatu yang kuarang benar pada pasangan ini? Padahal secara medis dan kesehatan reproduksi mereka normal.
Mungkin ada dimensi lain di luar fisik yang sangat mempengaruhi berhasil atau tidak nya sepasang suami istri menghadirkan momongan di antara mereka. Ya, satu aspek penting sering dilupakan. Aspek itu adalah aspek psikologis. Stres dalam pekerjaan, peran dalam masyarakat maupun masalah keluarga mungkin sangat mempengaruhi proses pembuahan seorang perempuan. Bahkan stress memikirkan usaha untuk memiliki anak itu sendiri juga menjadi ganjalan tersendiri. Stres akan menambah beban pikiran sebelumnya yang memang telah berat di pikul. penelitian membuktikan bahwa stress karena tak kunjung dikaruniai momongan justru berdampak negatif pada kesuburan seorang wanita.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Courtney Lynch dari The Ohio State University Wexner Medical Center, menemukan bahwa berbagai macam stress sangat berpengaruh pada kesehatan reproduksi seseorang, khususnya wanita.
Penelitian ini menggunakan 401 pasangan selama 1 tahun sebagai sampel. Dengan memeriksa air liur pihak wanita, Dr. Lynch menemukan sekitar 29% wanita yang mengalami akan megurangi kesempatan mereka mempunyai momongan sebanyak 29%. Sebetulnya stress tidak mengacu pada kesuburan seseorang, hanya saja stress dapat mempengaruhi keseluruhan metabolisme tubuh yang berdampak pada kesuburan”
Ia juga mengatakan, "Jika Anda sudah mencoba berbagai cara untuk mendapatkan momongan sekitar 6-12 bulan dan tidak berhasil, hal yang mungkin Anda lakukan adalah meninjau kembali gaya hidup yang Anda jalani." Artikel cara agar bisa cepat hamil” di blog ini mungkin saja sangat berguna untuk referensi anda.
Berolahraga rutin, yoga, meditasi dan mengistirahatkan pikiran melalui ibadah keagamaan adalah beberapa cara yang di sarankan oleh Dr. Lynch untuk mengatasi stres berlanjut.
Jadi anda mesti rileks jika ingin mendapatkan momongan. Jangan terlalu risau dengan omongan orang, jalani proses menunggu itu dengan santai. Selain itu, gali terus pengetahuan-pengetahuan seputar kehamilan agar anda semakin pintar dalam memaknai sebuah usaha. sembari terus bekerja keras agar momongan yang di idam-idamkan itu segera datang.
Oke, mari sama-sama berdoa agar usaha anda dalam mendapatkan keturunan menemui hasil yang menggemberikan.
Selamat sehat....
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pertanyaan dan komentar anda di sini